Friday 20 June 2014

Chapter 1 Part 7

Aku berusaha menenangkan Laila, tapi pikiranku berkelana dan semua kejadian ini mengingatkanku pada kakak perempuanku . Kak Sinta yang aku dulu sayangi lebih dari ibuku sendiri. Kak Sinta yang dulu selalu membantuku mengerjakan PR, mengajariku banyak hal ketika ibu sedang membanting tulang untuk menghidupi kami. Kak Sinta yang mengingatkanku agar tidak mudah percaya pada orang lain, terutama laki – laki. Kak Sinta yang menelan ludahnya sendiri, yang memberikan kehormatannya pada laki – laki yang baru dikenalnya. Laki – laki yang membuatnya terjerat banyak hutang dan membuat keluarga kami hancur.
“Sssh, sshh, udah. Tenangin diri kamu. Malu nih dilihat orang - orang” ucapku sambil mengusap bahu Laila.

Thursday 19 June 2014

Chapter 1 Part 6

cerita sebelumnya....



Lama aku hanya diam dan mendengar tangisan Laila. Seakan ada gelembung yang menyelimutiku, aku merasa suara tangisan Laila terdengar semakin menjauh.
“Na, Ibu ingin pinjam duit sedikit.”

Wednesday 18 June 2014

Chapter 1 Part 5

cerita sebelumnya....




Entah ada apa sebenarnya dengan hari ini. banyak keganjilan yang aku alami. Pada diri dan perasaanku sendiri, lalu kini pada Laila – sahabat yang tiba-tiba seperti tidak aku kenali. Ah, suara teduh Ibu tempo hari seperti terngiang kembali di telingaku.

Tuesday 17 June 2014

Chapter 1 Part 4

cerita sebelumnya....




Saat aku masih kebingungan dengan apa yang terjadi, lelaki asing itu tiba-tiba berdiri dan tanpa kata-kata ia langsung pergi. Bukan kembali ketempatnya semula tetapi langsung menuju kasir dan kemudian beranjak keluar dari kafe, seakan tak peduli pada hujan yang menderas.
“Kamu mengenalnya?”

Monday 16 June 2014

Chapter 1 Part 3

cerita sebelumnya...



“Boleh aku duduk di sini?” tanya lelaki pemesan hot cappuccino dan French fries tadi. Aku yang sedang bernostalgia dengan diriku sendiri sedikit terkejut akan kedatangan lelaki asing itu. Aku mengerjap beberapa kali, bingung. Tapi aku izinkan juga dia duduk di depanku. “Terima kasih,” katanya sambil meletakkan pesanannya di mejaku.
Aku hanya tersenyum kaku.

Sunday 15 June 2014

Chapter 1 Part 2


cerita sebelumnya....


Beberapa menit kulewati dengan memperhatikan interior tempat ini. Warna cokelat dan hijau mendominasi tempat ini. Saat asyik menikmati sebuah lukisan bergambar sudut sebuah kota tua, suara pintu yang disahuti ucapan, “Selamat Datang,” tertangkap ditelingaku. Segera kupalingkan wajah. Menatap pengunjung yang baru saja memasuki kafe ini.
Jaket jeans birunya nampak basah dibeberapa tempat khususnya di bagian pundak. Ia segera menuju ke meja dekat jendela. Dua meja dari tempatku duduk.

Saturday 14 June 2014

Chapter 1 Part 1



Aku harap aku bisa membunuh waktu.
Di luar hujan deras. Angin juga berhembus kencang. Tetes-tetes air hujan menerpa kaca dan membuat kegaduhan. Aku menyesal aku tidak membawa jas hujan atau setidaknya sebuah payung. Membuatku tidak bisa sampai di rumah tepat waktu. Aku bisa saja pulang menaiki taksi, tapi aku punya hal lain yang lebih kupedulikan ketimbang menghemat waktu dan tenagaku dengan menaiki kendaraan umum.