Aku harap aku bisa
membunuh waktu.
Di luar hujan deras.
Angin juga berhembus kencang. Tetes-tetes air hujan menerpa kaca dan membuat
kegaduhan. Aku menyesal aku tidak membawa jas hujan atau setidaknya sebuah
payung. Membuatku tidak bisa sampai di rumah tepat waktu. Aku bisa saja pulang
menaiki taksi, tapi aku punya hal lain yang lebih kupedulikan ketimbang
menghemat waktu dan tenagaku dengan menaiki kendaraan umum.
Selama ini aku selalu
berjalan. Tapi tentu saja aku punya batasan. Jikalau aku perlu waktu lebih dari
satu jam aku akan berpikir ulang. Masih banyak yang bisa aku lakukan. Aku hanya
menyediakan waktu dua jam dalam sehari untuk melakukan perjalanan.
Aku senang sekali
berjalan. Menikmati keadaan yang sebenarnya nyaris sama setiap harinya. Orang-orang
berseliweran, tukang dagang di pinggir jalan, suara bising kendaraan yang
melintas, tidak lupa alunan lagu dari para pemusik jalanan di setiap perempatan
jalan besar. Keadaan yang selalu kurasa tidak akan pernah bisa kunikmati lagi.
Entah apa yang kupikirkan
tapi memang itulah kenyataannya. Aku berusaha menikmati setiap detik yang aku
punya. Termasuk saat aku memutuskan untuk berteduh disebuah kafe dan menikmati
secangkir cappuccino hangat.
Tidak banyak orang di
tempat ini. Masih banyak kursi kosong yang bisa ditempati. Beberapa pelayan
tetap tersenyum meski aku bisa melihat mereka lelah karena hanya berdiri dalam
dia karena tidak banyak pelanggan. Perempuan dibalik meja kasir memperhatikan
dengan wajah penuh harap pada pasangan di pojok ruangan yang sepertinya sudah
ada di sana sejak lama. Laki-laki di depan pintu depan yang masih rapi sesekali
memegang gagang pintu untuk orang-orang yang ia pikir akan masuk ke tempat ini.
Sepasang pelayan berdiri di samping sebuah meja kecil yang di atasnya ada setumpuk
buku menu. Sisanya kurasa ada di dapur. sayup-sayup aku bisa mendengar suara
mereka yang mengobrol. Aku yakin di sanalah yang paling menikmati kalau tidak
ada pelanggan.
Aku meneguk kopi
kesukaanku perlahan. Merasakan hangatnya mengalir di kerongkongan. Kupejamkan
mataku dan berharap panasnya akan menyebar ke seluruh tubuhku yang sekarang
kedinginan. Tentu saja itu tidak terjadi. Aku tetap kedinginan. dan yang paling
kusayangkan aku tetap sendiri.
Aku berharap aku bisa
mendapat seorang teman mengobrol. Aku yakin aku akan lama duduk di tempat ini.
Menunggu hujan reda namun sama sekali tidak ada tanda-tanda kalau hal itu akan
terjadi dalam waktu dekat. Kalaupun aku mencari taksi agar bisa langsung
pulang, aku tetap saja akan kebasahan karena aku perlu berjalan lebih dulu
hingga ke ujung gang. Kini aku hanya bisa menikmati kopi dan berharap
kesendirian lekas pergi.
Keren!
ReplyDeleteKarakter "aku" kuat banget, dari cara bercerita, cara berpikir sama tingkahnya.
Tahu-tahu, udah selesai aja part 1 :)