Saat aku masih
kebingungan dengan apa yang terjadi, lelaki asing itu tiba-tiba berdiri dan tanpa kata-kata ia langsung pergi.
Bukan kembali ketempatnya semula tetapi langsung menuju kasir dan kemudian beranjak keluar
dari kafe, seakan tak
peduli pada hujan yang menderas.
Pertanyaan Laila seolah
menyadarkanku dari situasi aneh tadi.
“Nggak, kamu?”
Sorot mata Laila
menyiratkan keraguan, entah ragu akan jawabanku atau ragu untuk menjawab
pertanyaanku. Namun yang ada kemudian Laila hanya diam dan sorot matanya
kembali seperti saat ia datang tadi, sendu. Dan kemudian sekali lagi ia
menangis.
“Shhh… sudah… sudah…”
Aku tak lagi dapat memilih kata apa yang ingin aku utarakan. Karena dikepalaku
kini penuh tanda tanya. Siapa lelaki tadi? Mengapa Laila menangis? Mengapa
mereka seakan saling kenal, bahkan saling benci?
Laila masih berusaha
meredakan tangisnya dan aku
yang masih saja bingung dengan apa yang terjadi hanya dapat membelai rambutnya
dan mengedarkan pandanganku kesekeliling kafe. Aku hanya dapat melempar senyum
saat sadar bahwa semua yang ada di kafe tengah mencuri pandang pada kami. Namun
kemudian senyumku memudar saat aku menatap keluar, lelaki itu tengah berdiri di
seberang kafe, menatap kami.
Keberadaan lelaki itu membuatku secara spontan langsung bertanya pada
Laila, “kamu mengenal laki-laki tadi La?”
Laila mengangkat wajahnya, jejak air mata masih membekas digurat
wajahnya. Emosi Laila seakan mudah sekali berubah hari ini, ia tiba-tiba
menatapku tajam. Dan dengan nada yang meninggi ia berkata, “harusnya aku yang
bertanya, apa benar kamu tak mengenal laki-laki itu?”
Pertanyaan Laila yang menunjukkan bahwa ia tak percaya pada jawabanku
sebelumnya sedikit menyulut emosiku, tetapi aku yang mengenal Laila tak ingin
terpancing. “La, aku tadi hanya ingin berteduh di sini, kemudian laki-laki itu datang
dan tiba-tiba ia ingin duduk bersamaku. Bahkan namanya saja aku tidak tahu.”
Jawabku panjang lebar berusaha meyakinkan Laila. Karena Laila hanya diam saja
tak menanggapi jawabanku, aku beranikan diri untuk sekali lagi bertanya, “kamu,
kenal laki-laki itu La?”
“Aku benci dia!”
Jawaban Laila membuatku terhenyak, tak habis pikir bahwa kalimat itu begitu lugas keluar dari mulutnya. Aku seakan tak mengenali Laila yang tengah duduk dihadapanku.
Jawaban Laila membuatku terhenyak, tak habis pikir bahwa kalimat itu begitu lugas keluar dari mulutnya. Aku seakan tak mengenali Laila yang tengah duduk dihadapanku.
bersambung....
created by Inge @ Bacaan Inge
ah, aku kurang dapet pas adegan cowoknya pergi. kurang dramatis kali ya :P
ReplyDelete