Lama aku hanya diam dan mendengar tangisan Laila. Seakan ada gelembung
yang menyelimutiku, aku merasa suara tangisan Laila terdengar semakin menjauh.
“Maafkan aku, Bu. Aku tidak keberatan jika memang Ibu
membutuhkan uang, tapi aku tidak sudi jika uang ini akhirnya hanya untuk Kak
Sinta. Sudah cukup Ibu membantu dia selama ini. Biarkan dia berjuang untuk
mencari uang sendiri dan bukannya berhura-hura setiap malamnya.”
“Tapi dia kakakmu.”
“Ya, dia kakakku. Dia yang seharusnya menjaga keluarga
ini. Bukan aku. Semua uang tabunganku habis hanya untuk membayar
hutang-hutangnya. Dan Ibu… bagaimana mungkin Ibu masih ingin memberikan Kak
Sinta uang untuk menunjang penampilannya?” Aku hampir saja mencibir. “Suami
kaya? Memalukan. Jangan biarkan Kak Sinta bermimpi terus, Ibu. Kita tidak akan
bisa hidup dengan mimpi seperti itu. Kak Sinta harus belajar mencari uang.”
Ibu hanya bisa meneteskan air mata tanpa berkata
apa-apa.
Terkadang aku merasa kalau aku terlalu jahat dan kejam terhadap Ibu.
Bukankah Ibu yang membesarkan dan menjaga keluarga ini sejak dulu? Ayah
meninggal saat aku berusia lima tahun dan sejak itu Ibu membanting tulang demi
bisa menyekolahkan aku dan Kak Sinta. Tapi sudah berapa tahun aku terus menelan
rasa pahitku demi kakakku itu? Aku ingin melawan dan aku juga ingin Ibu
melawan.
“Aku pernah mencintainya sepenuh hati, Na.”
Suara Laila mengembalikanku ke realitas di hadapanku. “Apa?”
“Pria itu…,” ucap Laila di tengah isakannya. “Aku membencinya karena dia
mengkhianatiku dengan wanita lain. Dua hari lalu… aku melihatnya… aku melihat
dia mencium wanita lain.”
Aku mengerutkan kening. “Aku tidak pernah tahu kalau kau punya pacar.”
Laila hampir tersedu-sedu lagi, membuatku mengernyit. Aku tidak suka air
mata, aku sudah terlalu banyak melihat air mata. Air mata ibuku yang begitu tak
berdaya, air mata buaya kakakku saat meminta uang, air mata penyesalan Reno
setelah berselingkuh dengan wanita lain…
“Kupikir dia akan berbeda… Dia begitu baik dan lembut. Aku ingin
merahasiakan pria itu untuk diriku sendiri. Aku belum siap memberitahumu karena
dia adalah pewaris Rudayana Corporation… Aku…” Kata-kata Laila menghilang
ditelan tangisannya lagi.
Pewaris, huh? Lihat
kan, Kak Sinta? Tidak ada pria kaya yang benar-benar tulus. Mereka semua
pembohong ulung.
bersambung....
created by Sabrina @ Notes of The Dreamer
No comments:
Post a Comment