Thursday 19 June 2014

Chapter 1 Part 6

cerita sebelumnya....



Lama aku hanya diam dan mendengar tangisan Laila. Seakan ada gelembung yang menyelimutiku, aku merasa suara tangisan Laila terdengar semakin menjauh.
“Na, Ibu ingin pinjam duit sedikit.”
“Maafkan aku, Bu. Aku tidak keberatan jika memang Ibu membutuhkan uang, tapi aku tidak sudi jika uang ini akhirnya hanya untuk Kak Sinta. Sudah cukup Ibu membantu dia selama ini. Biarkan dia berjuang untuk mencari uang sendiri dan bukannya berhura-hura setiap malamnya.”  
“Tapi dia kakakmu.”
“Ya, dia kakakku. Dia yang seharusnya menjaga keluarga ini. Bukan aku. Semua uang tabunganku habis hanya untuk membayar hutang-hutangnya. Dan Ibu… bagaimana mungkin Ibu masih ingin memberikan Kak Sinta uang untuk menunjang penampilannya?” Aku hampir saja mencibir. “Suami kaya? Memalukan. Jangan biarkan Kak Sinta bermimpi terus, Ibu. Kita tidak akan bisa hidup dengan mimpi seperti itu. Kak Sinta harus belajar mencari uang.”
Ibu hanya bisa meneteskan air mata tanpa berkata apa-apa.
Terkadang aku merasa kalau aku terlalu jahat dan kejam terhadap Ibu. Bukankah Ibu yang membesarkan dan menjaga keluarga ini sejak dulu? Ayah meninggal saat aku berusia lima tahun dan sejak itu Ibu membanting tulang demi bisa menyekolahkan aku dan Kak Sinta. Tapi sudah berapa tahun aku terus menelan rasa pahitku demi kakakku itu? Aku ingin melawan dan aku juga ingin Ibu melawan.
“Aku pernah mencintainya sepenuh hati, Na.”
Suara Laila mengembalikanku ke realitas di hadapanku. “Apa?”
“Pria itu…,” ucap Laila di tengah isakannya. “Aku membencinya karena dia mengkhianatiku dengan wanita lain. Dua hari lalu… aku melihatnya… aku melihat dia mencium wanita lain.”
Aku mengerutkan kening. “Aku tidak pernah tahu kalau kau punya pacar.”
Laila hampir tersedu-sedu lagi, membuatku mengernyit. Aku tidak suka air mata, aku sudah terlalu banyak melihat air mata. Air mata ibuku yang begitu tak berdaya, air mata buaya kakakku saat meminta uang, air mata penyesalan Reno setelah berselingkuh dengan wanita lain…
“Kupikir dia akan berbeda… Dia begitu baik dan lembut. Aku ingin merahasiakan pria itu untuk diriku sendiri. Aku belum siap memberitahumu karena dia adalah pewaris Rudayana Corporation… Aku…” Kata-kata Laila menghilang ditelan tangisannya lagi. 
Pewaris, huh? Lihat kan, Kak Sinta? Tidak ada pria kaya yang benar-benar tulus. Mereka semua pembohong ulung.



 bersambung....


No comments:

Post a Comment