Sunday 15 June 2014

Chapter 1 Part 2


cerita sebelumnya....


Beberapa menit kulewati dengan memperhatikan interior tempat ini. Warna cokelat dan hijau mendominasi tempat ini. Saat asyik menikmati sebuah lukisan bergambar sudut sebuah kota tua, suara pintu yang disahuti ucapan, “Selamat Datang,” tertangkap ditelingaku. Segera kupalingkan wajah. Menatap pengunjung yang baru saja memasuki kafe ini.
Jaket jeans birunya nampak basah dibeberapa tempat khususnya di bagian pundak. Ia segera menuju ke meja dekat jendela. Dua meja dari tempatku duduk.
“Hot Cappucino dan french fries satu,” jawabnya dengan mantap saat pelayan menanyakan pesananya. Sepeninggal pelayan, lelaki itu tampak membuka jaketnya yang basah. Mendadak ia mengangkat pandangannya dan melihatku yang tengah menatapnya. Kuhadiahi ia seulas senyum kemudian kembali menekuri pemandangan dibalik kaca kafe. Tertangkap olehku seorang perempuan yang berjalan dengan tergesa-gesa sambil menggenggam erat payungnya. Angin tampaknya berhembus semakin kencang. Dress biru selutut milik perempuan itu nampak dipermainkan angin. Perempuan itu seketika bingung, antara memegang erat payung atau menahan dressnya yang terkembang. Seketika aku tersenyum menatap kejadian itu. Saat aku melirik ke arah lelaki itu, aku menemukan bahwa ia pun mengamati kejadian yang sama.
Aku pun kembali menyeruput cappucino yang mulai mendingin. Tidak lama kurasakan smartphone-ku bergetar. Notifikasi whatssapp terlihat di sisi atas layar. Sejak masuk ke kafe ini aku belum sempat melirik gadgetku. Nampak notifikasi group bertumpuk dan sejumlah pesan pribadi. Segera kubuka whatsapp dari Laila.
Jadi ketemuan gak hari ini?
Aku seketika sadar bahwa aku lupa bahwa ada janji dengan Laila sore ini. Segera kubalas pesannya.
Boleh. Dimana? Aku kejebak hujan nih di cafe dekat kantorku.
Tidak lama keterangan bahwa Laila sedang mengetik pesan pun muncul. Kutunggu balasannya sambil tetap menatap layar smartphone.
Ok, wait me. Aku ke sana aja sekarang. Apa nama cafenya?
Segera kubalas pesan itu dengan mengirimkan nama cafe ini. Sebenarnya aku cukup bingung tentang keinginan Leila untuk bertemu denganku. Tampaknya ada hal mendesak yang ingin ia ceritakan. Tapi tentang apa sampai sekarang aku tidak bisa menebaknya. Leila adalah sahabatku sejak kuliah. Kami sama-sama menempuh studi di fakultas ilmu komunikasi di salah satu universitas terkemuka di kota ini. Kedekatan kami dimulai saat kami sama-sama harus mengejar dosen killer, Pak Burhan, yang menghadiahi kami nilai tunda. Sejak itu, kami pun sering menghabiskan waktu bersama.



bersambung....


1 comment:

  1. Hmm..
    Jadi membuka dua karakter baru di sini ya :D
    Menurutku perpindahan fokus dari lelaki ke teman "aku" terlalu cepat. Jadinya, belum puas menilik si lelaki :)
    Mungkin bisa diakali dengan si lelaki akhirnya pergi? Terkesan gantung, menurutku :)

    ReplyDelete