cerita sebelumnya....
Beberapa menit kulewati
dengan memperhatikan interior tempat ini. Warna cokelat dan hijau mendominasi
tempat ini. Saat asyik menikmati sebuah lukisan bergambar sudut sebuah kota
tua, suara pintu yang disahuti ucapan, “Selamat Datang,” tertangkap
ditelingaku. Segera kupalingkan wajah. Menatap pengunjung yang baru saja
memasuki kafe ini.
Jaket jeans birunya
nampak basah dibeberapa tempat khususnya di bagian pundak. Ia segera menuju ke
meja dekat jendela. Dua meja dari tempatku duduk.
“Hot Cappucino dan french fries satu,” jawabnya dengan
mantap saat pelayan menanyakan pesananya. Sepeninggal pelayan, lelaki itu
tampak membuka jaketnya yang basah. Mendadak ia mengangkat pandangannya dan
melihatku yang tengah menatapnya. Kuhadiahi ia seulas senyum kemudian kembali
menekuri pemandangan dibalik kaca kafe. Tertangkap olehku seorang perempuan
yang berjalan dengan tergesa-gesa sambil menggenggam erat payungnya. Angin
tampaknya berhembus semakin kencang. Dress biru selutut milik perempuan itu
nampak dipermainkan angin. Perempuan itu seketika bingung, antara memegang erat
payung atau menahan dressnya yang terkembang. Seketika aku tersenyum menatap
kejadian itu. Saat aku melirik ke arah lelaki itu, aku menemukan bahwa ia pun
mengamati kejadian yang sama.
Aku pun kembali
menyeruput cappucino yang mulai mendingin. Tidak lama kurasakan smartphone-ku bergetar. Notifikasi whatssapp terlihat di sisi atas layar.
Sejak masuk ke kafe ini aku belum sempat melirik gadgetku. Nampak notifikasi
group bertumpuk dan sejumlah pesan pribadi. Segera kubuka whatsapp dari Laila.
Jadi
ketemuan gak hari ini?
Aku seketika sadar
bahwa aku lupa bahwa ada janji dengan Laila sore ini. Segera kubalas pesannya.
Boleh.
Dimana? Aku kejebak hujan nih di cafe dekat kantorku.
Tidak lama keterangan
bahwa Laila sedang mengetik pesan pun muncul. Kutunggu balasannya sambil tetap
menatap layar smartphone.
Ok,
wait me. Aku ke sana aja sekarang. Apa nama cafenya?
Segera kubalas
pesan itu dengan mengirimkan nama cafe ini. Sebenarnya aku cukup bingung
tentang keinginan Leila untuk bertemu denganku. Tampaknya ada hal mendesak yang
ingin ia ceritakan. Tapi tentang apa sampai sekarang aku tidak bisa menebaknya.
Leila adalah sahabatku sejak kuliah. Kami sama-sama menempuh studi di fakultas
ilmu komunikasi di salah satu universitas terkemuka di kota ini. Kedekatan kami
dimulai saat kami sama-sama harus mengejar dosen killer, Pak Burhan, yang
menghadiahi kami nilai tunda. Sejak itu, kami pun sering menghabiskan waktu
bersama.
bersambung....
created by Atria @ My Little Library
Hmm..
ReplyDeleteJadi membuka dua karakter baru di sini ya :D
Menurutku perpindahan fokus dari lelaki ke teman "aku" terlalu cepat. Jadinya, belum puas menilik si lelaki :)
Mungkin bisa diakali dengan si lelaki akhirnya pergi? Terkesan gantung, menurutku :)