Entah ada apa sebenarnya dengan hari ini. banyak keganjilan yang aku
alami. Pada diri dan perasaanku sendiri, lalu kini pada Laila – sahabat yang
tiba-tiba seperti tidak aku kenali. Ah, suara teduh Ibu tempo hari seperti
terngiang kembali di telingaku.
“Dunia ini penuh misteri, Nak… jangan lengah, akan langkahmu tak mudah
goyah”, ucapnya sembari membelai rambutku saat itu. Ah, Ibu… bahkan saat ini
pun aku tengah merasa amat goyah. Pada sesuatu yang pernah aku perjuangkan
sekuat yang aku bisa.
Aku dan Laila masih saling diam, sibuk dengan pikiran kami
masing-masing. Aku menatapnya dalam. Mendung masih pekat membayang di wajahnya.
Lalu kualihkan pandang ke arah lelaki asing tadi berdiri, dan ternyata ia masih
tetap di situ. Lelaki itu seperti menjelma patung yang sama sekali tak peduli
meski tempias air hujan telah membuatnya basah kuyup.
“Aku nggak nyangka dunia sesempit ini, hingga aku harus melihat lelaki
itu lagi di sini…” ucap Laila lirih, sembari ikut memperhatikan lelaki itu yang
masih tetap tampak terpaku.
“Siapa sebenarnya laki-laki itu, La?” rasa penasaranku mulai memuncak.
Laila mendesah pelan. menatap kosong ke arah vas bunga penghias meja,
tepat di depan kami. “Aku baru tahu betapa cinta bisa membuatku terbang begitu
tinggi pada satu waktu, lalu membantingku tanpa ampun pada menit berikutnya”
ucap Laila lagi, seperti tak sedikitpun peduli pada rasa penasaranku.
Kalau saja akal sehatku menguap separuh saja setelah beberapa kejadian
yang membuat hidupku seperti terbolak-balik tak menentu dalam beberapa hari
ini, maka aku akan berteriak. Membiarkan semua pengunjung café menyangka aku
gila, dan agar Laila tahu bahwa apapun badai yang tengah ia alami, sejatinya
tak hanya ia yang merasakan.
Hidup memang penuh misteri. Bahkan untuk hal-hal kecil semacam ini. tadi
aku memutuskan untuk menyempatkan bertemu Laila di tengah sempitnya waktuku
dengan harapan besar akan mendapat sokongan keceriaan darinya – karna selama
ini selalu begitu. Tapi nyatanya?
Kini aku ingin tertawa sekeras-kerasnya. Menertawakan Laila yang
ternyata tak seberapa tegar seperti yang selama ini selalu ia katakanya, dan
tertawa bahagia karna ternyata aku tak serapuh yang banyak orang kira.
Laila kini tampak
kembali tersedu. Tapi aku memutuskan membiarkan. Biar saja dia menangis sepuas
yang dia mau. Agar dia tahu bahwa dunia tak hanya berisi cerah warna pelangi
dan nyanyian merdu. Agar dia tahu bahwa adakalanya menangis membuat kita
kembali merasa mampu kembali menapaki hari-hari.
bersambung....
created by Rosa @ Aku dan Buku
puk puk "aku", banyak masalah yang muncul dalam pikirannya dalam waktu singkat XD
ReplyDelete